Review Perfect Blue Kisah Sendu, Mencekam, dan Depresif


Satu hal membuat saya dapat berkata demikian dibagian judul adalah antara lain karena memang hal-hal itulah yang saya bisa rasakan selepas menonton karya Satoshi Kon ini.



Perfect Blue merupakan kisah tentang bagaimana manusia bisa survive dengan berbagai macam rintangan mental yang bisa mendera siapa saja termasuk saya sendiri ketika tengah di masa dimana harus memilih pilihan yang tepat dalam menentukan step selanjutnya dalam menata kehidupan, diangkat dari novel berjudul Perfect Blue karya Yoshikazu Takeuchi Perfect Blue versi film anime mengalami perubahan dari kisah aslinya di novel.
Berikut Sinopsisnya 


Grup idola J-pop CHAM! telah menghabiskan dua tahun terakhir untuk menghibur para penggemarnya. Sedihnya, semua hal baik harus berakhir, dan CHAM! harus melihat salah satu anggotanya, Mima Kirigoe, meninggalkan grup untuk mengejar karir aktingnya. Sementara pilihan Mima disambut dengan tanggapan beragam, dia berharap para penggemarnya akan terus mendukungnya.

Namun, kehidupan Mima mulai berubah secara drastis setelah kepergiannya dari grup. Ingin melepaskan citra pop-idolanya, ia berperan dalam serial drama kriminal, dan kariernya sebagai aktris berangsur-angsur menjadi lebih menuntut dan membebani Mima dan manajernya, Rumi Hidaka. Untuk menambah kegelisahan Mima yang tumbuh, penggemar terobsesi yang tidak mampu menerima bahwa Mima telah berhenti menjadi idola yang tidak bersalah, mulai menguntitnya; sebuah situs web anonim baru mulai meniru kehidupannya dengan detail yang rumit; dan CHAM! juga tampak lebih baik tanpanya. Satu demi satu, setiap perkembangan yang mengganggu mendorong Mima menjadi semakin tidak tertekuk dan tidak dapat membedakan kenyataan dari fantasi


(Source: Myanimelist)
                    
Pembangunan atmosfer kelam sangat terasa disini, sinematografi yang mendukung dan scoring music yang tepat makin menambah efek psikologis dan dementia yang memang sedari awal menjadi daya tarik yang kuat dari Perfect Blue sendiri.

Sepanjang film suguhan transisi warna secara intens dan eksplisit berganti seiring dengan metamorfosis Mima dari seorang idol grup menjadi seorang bintang film “nakal”, dengan kata lain secara metaforis menggambarkan suasana perubahan fase kehidupan seorang Mima mantan idol yang tengah dimasa kegamangan. 

Dari awal saya sudah mengatakan bahwa kisah karya Satoshi Kon ini begitu depresif sampai-sampai saya sendiri terkena istilahnya seperti after taste (kalau dalam dunia masakan seperti rasa yang ditimbulkan setelah mencicipi sebuah hidangan), after taste disini bisa dibilang tidak ada manisnya cenderung pahit sampai yang benar-benar  membuat tercekat di tenggorokan, tidak  terlalu berlebihan menganalogikan hal tersebut ke masterpiece ini (honestly you must watch this anime to know what i mean) kenyataan yang disuguhkan dalam Perfect Blue mengingatkan saya pada karya-karya Haruki Murakami, anda bisa berjalan di jalan yang anda pilih, tapi keadaan dan rentetan kejadian tidak bisa anda tepis untuk bisa keluar dan bebas melakukan hal apapun dan akan menimbulkan ikatan yang kuat, ibaratnya seperti energi gelap yang terus-terusan memengaruhi hidup anda, tidak terlihat namun berdampak besar bagi setiap gerak-gerik yang anda lakukan. 


Bayangan dan energi gelap ini terus menyelubungi anda tanpa kenal ampun dengan terus-menerus memberikan setiap kejadian atau peristiwa yang dapat mengubah anda, baik itu ke keadaan yang membuat anda keterikatan dengan yang anda sadari dan terima langsung maupun ke keadaan yang memaksa anda untuk menjadi bagian dari keterikatan dengan takdir lain yang menanti anda didepan tanpa anda sadari dan terima langsung. 


Jika kita korelasikan dengan keadaan Mima saat melakukan pilihan untuk keluar grup idola CHAM! dan menjadi seorang aktris, rentetan kejadian memaksa Mima untuk ikut kedalam skenario yang dirancang untuk membuat Mima semakin terikat dengan keadaan. Mungkin agaknya terlalu melebar kemana-mana, namun sungguh realitas seperti ini mungkin saja dapat terjadi kepada anda atau orang disekitar anda. 


Keterpaksaan mengikuti skenario ini berakar dari pilihan yang mungkin sulit untuk diambil namun disisi lain tidak ada pilihan lain yang dapat diambil karena jika kembali lagi ke pilihan awal mungkin akan ada beberapa problematika yang lebih kompleks dari masalah awal yang tengah dihadapi.


 Perubahan Mima yang berakar dari pilihannya tersebut merupakan dampak dari keterikatan dengan rentetan-rentetan peristiwa yang ia alami dengan kata lain metamorfosa Mima dari idol grup  menjadi aktris inilah akibat yang ditanggung dari pilihannya.


Arti Dari Perfect Blue
Melangkah lebih jauh lagi kita akan membahas mengenai arti dari judulnya itu sendiri yaitu Perfect Blue, ya judulnya sendiri sudah cukup mindblowing. Perfect Blue dapat direpresentasikan sebagai suatu keadaan dimana Mima sang karakter utama menderita depresi akibat dari pilihannya. Jika kita menerka-nerka lagi arti dari Perfect Blue ini hal yang kita tangkap pertama kali adalah warna biru. Biru sendiri memiliki nuansa yang sendu, dan melankolis, dapat juga diartikan sebagai suatu objek yaitu laut dan langit yang memiliki arti yang luas dan besar. Ini dapat dihubungkan dengan kenyataan bahwa Mima menerima berbagai macam hal-hal yang sendu yang dirinya sendiri tidak dapat melihat seberapa dalam atau seberapa luas dari hal-hal tersebut bisa ia takar sendiri. Dari mulai penggemar yang tidak menyukainya karena suka berakting, teror dari penggemarnya, dihujat karena mengambil pilihan yang bisa dibilang berani, sampai ke keadaan yang memaksa ia melakukan tindakan yang ia sendiri tidak kehendaki menyangkut teman sekaligus managernya sendiri Rumi. Mungkin sudah cukup jelas bagaimana Perfect Blue ini sangat menggambarkan situasi mental seorang Mima ketika dilanda berbagai macam masalah yang ia sendiri tak tahu harus berbuat seperti apa, keadaan sendu, dan melankolis yang terus menggebu ini memaksa Mima harus menerima semuanya diluar kendalinya sendiri.
     
      Spoiler Talk 
(oke mungkin dari sini boleh diskip untuk yang belum menonton, tapi jika ingin tetap membaca silakan saja)

  Pada menit-menit awal yang disuguhkan      dalam Perfect Blue adalah sebuah fase dimana Mima mulai melakukan pilihan yang menjadi turning point bagi dirinya. Hal ini dikarenakan ia memilih keluar dari dunia idol sudah lama ia geluti dan memilih hal yang sama sekali belum ia sentuh dan sama sekali masih mengawang-awang dari apa yang pernah ia alami di masa-masa sebelum ia melakukan pilihan tersebut. 

Pertengahan ini yang sekali lagi menjadi turning point, kali ini karakter Mima yang tadinya mau melakukan hal baru, kini hal baru tersebutlah yang menjadikan ia sebagai karakter yang benar-benar berbanding terbalik dari sebelumnya yang masih lugu dan meraba-meraba, kini ia mampu melakukan hal liar dengan mengambil peran sebagai wanita yang di gang bang (maaf tapi istilah ini agaknya yang paling tepat) dan hal inilah yang akan memancing kejadian dan perubahan baik itu di dalam diri psikologis Mima itu sendiri atau dari serangkaian kejadian yang dialami oleh orang-orang yang ada atau pernah berhubungan dengan Mima itu sendiri khususnya temannnya sendiri yaitu Rumi. Permulaan awal rentetan ini dimulai dari produser Mima yaitu Tadoroko yang menerima surat yang ternyata isinya bom, selanjutnya Murano yang merupakan fotografer Mima saat melakukan sesi foto telanjang untuk majalah dewasa tewas di lift bersimbah darah, dan Uchida Mamoru yang juga berakhir terbunuh. 


Sampai pertengahan kita bisa merasakan respectfull dari seorang Hidaka Rumi yang seorang mantan idol grup juga dan  manager Mima yang mendukung Mima saat melakukan pilihan menjadi seorang aktris hingga menjadi model majalah dewasa sampai ke pertengahan seperti itu, tetapi ekspektasi kalian akan dipatahkan semua di bagian akhir film. Rumi selama ini adalah tersangka utama dari semua teror yang dialami oleh Mima, serangkaian teror ini mungkin berakar dari kecemburuan pribadi tapi disisi lain kita bisa mengkaji persepsi lain yang timbul dari ending filmnya sendiri sebagai berikut

1.      Persepsi pertama
Rumi melakukan serangkaian teror kepada Mima akibat dari kecemburuannya kepada Mima yang sukses sebagai idol grup (persepsi ini agaknya kurang masuk akal dan tidak terlalu beralasan mengingat ia sendiri berprofesi sebagai agen idol grup setelah menjadi mantan idol grup)
2.      Persepsi kedua
Rumi sengaja melakukan teror dan pembunuhan kepada beberapa orang yang terkait dengan dirinya seperti produser, fotografer, dan fansnya Mima untuk melindungi Mima dari segala ancaman yang membuat Mima dalam bahaya atau dapat membuat Mima berubah secara total, karena Rumi tidak ingin Mima berubah (cukup beralasan mengingat Rumi yang membesarkan nama Mima)
3.      Persepsi ketiga
Persepsi ini merupakan kelanjutan dari nomor dua dan agaknya yang paling tepat, Rumi marah akibat Mima mengambil keputusan sebagai aktris dan bintang dewasa, ini ditunjukan Ketika Mima disuruh untuk melakukan adegan rape Rumi terlihat sangat emosional Ketika melihatnya, hal ini yang memancing Rumi untuk menggunakan identitas sebagai Mima untuk melakukan serangkaian teror dan pembunuhan untuk menghilangkan orang-orang terlibat dalam perubahan di dalam diri Mima itu sendiri.

Di ending film kita bisa melihat puncak dari depresi Mima yang mengetahui bahwa semua yang terjadi di dalam hidupnya yang menyebabkan dirinya stress adalah Rumi itu sendiri, adegan dimana Mima berhasil membunuh Rumi adalah analogi ia ingin bebas dari kungkungan depresi ini, ditandakan sebagai Mima yang tersenyum Ketika berusaha membunuh Rumi (best plot twist ending i’ve ever seen in movie anime so far)

Kesimpulannya this is one of the best anime of all time mungkin layak disebut masterpiece, plot yang susun dengan sangat rapi, intensitas yang layaknya anak tangga makin anda menonton anda akan mendapatkan klimaks yang memuaskan, ditutup dengan ending yang mungkin masuk kategori ending paling tidak terduga yang saya tonton mungkin untuk general person sekalipun, rasa puas tersebut yang tidak saya dapati dari anime sejenis bahkan dalam beberapa waktu setelah saya menonton potongan-potongan tiap scene masih segar dipikiran saking memorablenya, mungkin agak berlebihan tetapi inilah yang saya rasakan dan mungkin anda rasakan ketika menonton film anime ini untuk pertama kali, dan mungkin saya akan menonton Kembali untuk melahirkan persepsi lainnya dan mungkin ada yang miss dalam ulasan ini sehingga bisa diperbaiki di lain waktu, overall it’s highly recommended.


            Score
            Grafis :    8/10
            Plot     :   10/10
           Overall :   9.5/10













Post a Comment

0 Comments