Lagu kebangsaan : JepangPencipta lirik Puisi : WakaKomposer musik : Yoshiisa Oku, Akimori Hayashi dan Franz EckertDiadopsi : 1999
Mengenal Lebih dalam mengenai sejarah dan perkembangan lagu kebangsaan Jepang, "Kimigayo"
Kimigayo (君が代), dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai "Semoga kekuasaan Yang Mulia berlanjut selamanya", adalah lagu kebangsaan Jepang. Ia adalah salah satu lagu kebangsaan yang terpendek di dunia, dengan panjang hanya 11 bar dan terdiri dari 32 karakter huruf saja.
Lagu ini ditulis dalam sebuah metrum Jepang Waka, sedangkan liriknya ditulis dalam zaman Heian (794-1185) dan melodinya ditulis pada akhir zaman Meiji.
Lirik lagu ini pertama kali muncul dalam sebuah antologi puisi bernama Kokin Wakashū, sebagai sebuah puisi yang anonim. Meskipun sebuah puisi anonim bukanlah tidak lazim pada waktu itu, identitas pengarang yang sebenarnya mungkin saja sudah diketahui, tetapi namanya mungkin sengaja tidak disebutkan karena berasal dari kelas sosial yang lebih rendah.
Tidak seperti bentuknya yang digunakan untuk lagu kebangsaan saat ini, puisi ini awalnya dimulai dengan "Wa ga Kimi wa" (Engkau, Yang Mulia) dan bukannya "Kimi ga Yo wa" (Kekuasaan Yang Mulia). Perubahan lirik terjadi pada zaman Kamakura.
Pada tahun 1869 di awal zaman Meiji, seorang pemimpin band militer Irlandia bernama John William Fenton yang sedang berkunjung ke Jepang menyadari bahwa Jepang tidak memiliki lagu kebangsaan nasional. Ia menyarankan kepada Iwao Ōyama, seorang perwira dari Klan Satsuma, agar menciptakan lagu kebangsaan tersebut. Ōyama pun setuju, dan langsung memilihkan liriknya. Namun lirik yang terpilih memiliki kemiripan dengan lagu kebangsaan Inggris, kemungkinan besar terjadi karena adanya pengaruh dari Fenton.
Setelah akhirnya Ōyama berhasil memilih lirik lagu kebangsaan, ia kemudian meminta Fenton untuk menciptakan melodinya dengan hanya diberikan waktu tiga minggu untuk menggubah lagu dan beberapa hari untuk berlatih.
Pada awal tahun 1870, untuk pertama kalinya lagu kebangsaan jepang dinyanyikan oleh Fenton di hadapan Kaisar Jepang kala itu. Lagu kebangsaan pada saat itulah adalah versi pertama Kimigayo, yang lalu kemudian disingkirkan karena melodinya dianggap "kurang khidmat". Namun, versi ini masih tetap diperdengarkan setiap tahun di Kuil Myōkōji di Yokohama, tempat Fenton pernah menjabat sebagai pemimpin band militer. Alasan lagu versi pertama itu dilantunkan disana adalah karena kuil Myōkōji itu sendiri berperan sebagai tempat peringatan bagi Fenton.
Pada tahun 1880, Biro Rumah Tangga Kekaisaran akhirnya mulai menyetujui suatu melodi baru yang ditulis oleh Yoshiisa Oku dan Akimori Hayashi untuk menggantikan versi Kimigayo sebelumnya.
Komposer versi ini sering tertulis sebagai Hiromori Hayashi, yang sesungguhnya adalah ayah dan sekaligus atasan dari Akimori. Perlu diketahui, Akimori juga merupakan salah satu murid dari Fenton.
Meskipun melodi ini dibuat berdasarkan pada bentuk tradisional musik istana Jepang, namun ia digubah dalam gaya campuran yang terpengaruhi oleh himne Barat, dan menggunakan beberapa elemen dari aransemen Fenton. Dan lalu musisi dari Jerman bernama Franz Eckert kemudian juga ikut menerapkan harmoni melodi gaya Barat (mode Gregorian) kedalamnya, sehingga menciptakan versi Kimigayo yang dipakai hingga sekarang.
Pada tahun 1893, berkat usaha Departemen Pendidikan, Kimigayo juga masuk kedalam perayaan-perayaan di sekolah umum di jepang.
Kimigayo dimainkan di nada C mayor, menurut harian The Japan Times.
Melodi yang ada saat ini dipilih pada tahun 1880, dan menggantikan melodi sebelumnya yang tidak populer, yang digubah sebelas tahun sebelumnya.
Saus : Wikipedia, dengan beberapa perubahan kata.
0 Comments