Kisah Pilu National Peace Day di Jepang (6 Agustus)

 

6 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bom bernama "Little Boy" di Kota Hiroshima sebagai tahap akhir perang dunia ke-2. Lebih dari 120.000 orang tewas dalam kejadian tersebut. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, banyak yang menjadi korban dalam tragedi tersebut. Salah satu korban tersebut bernama Sadako, Sadako Sasaki. Sadako Sasaki lahir pada 7 Januari 1943, dikenal sebagai anak yang cerdas, ceria dan energik oleh warga setempat. Bahkan keluarganyapun menyuruh ia untuk duduk agar menjadi perempuan yang anggun. Namun saat ia berumur 2 tahun, ia harus menjadi korban dari perang Dunia ke-2. Sadako Sasaki juga ikut dalam tim lari estafet, dan suatu hari ia merasa pusing saat berlari namun tidak memberitahukan hal tersebut kepada siapapun. Lalu Sadako terjatuh di depan para guru dan orang tuanya pun dipanggil ke sekolah.

Singkat cerita pada November 1954, timbul penyakit cacar dibagian leher dan bagian belakang telinganya. Hingga pada Januari 1955, di kakinya terdapat bintik-bintik ungu yang semakin lama semakin membesar. dan pada 21 Februari 1955 ia mulai masuk rumah sakit karena dokter menyatakan bahwa Sadako memiliki penyakit Leukimia yang disebabkan radiasi bom dan divonis hanya akan bertahan hidup selama satu tahun. 

3 Agustus 1955, Chizuko Hamamoto sebagai sahabat dari Sadako Sasaki menjenguknya dan memberinya kertas berwarna emas untuk membuat origami bangau. Sadako kebingungan atas apa yang dilakukan oleh sahabatnya tersebut hingga Chizuko memberitahukan kisah klasik yang bilamana seseorang mampu membuat seribu buah origami berbentuk bangau, maka permohonannya akan dikabulkan. Karena mendengar hal tersebut, Sadako-pun mulai membuat origami berbentuk angsa dengan harapan ia bisa segera sembuh. Ia berusaha keras untuk membuat origami bangau agar mencapai seribu buah namun takdir berkehendak lain, ia hanya mampu membuat enam ratus empat puluh empat sebelum ajalnya menjemput.

Sadakopun diperbolehkan pulang dikarenakan keadaannya yang memburuk secara drastis. Di kampung halamannya, ia memiliki seorang sahabat bernama Kenji. Kenji juga salah satu korban bom yang dijatuhkan di Hiroshima, dan sudah mengidap Leukimia stadium lanjut karena ia sudah terkena dampak dari bom tersebut sejak di dalam kandungan. Bermaksud memberikan harapan, Sadako menceritakan kisah seribu bangau kepada Kenji. Namun Kenji sadar tentang keadaan dirinya yang sebentar lagi akan meninggal dan menyusul ibunya. Kematian Kenji menjadi sebuah pukulan secara psikis terhadap Sadako, dan iapun tahu bahwa ia juga akan segera menyusul Kenji.

Setelah berkali kali keluarga Sadako menyuruh Sadako makan, akhirnya Sadako memiliki permintaan untuk meminum sebuah teh hijau. Sadakopun meminum teh hijau tersebut sembari berkata "Rasanya enak" dan sekaligus merupakan kata terakhir yang diucapkan oleh Sadako. Sadako meninggal pada 25 Oktober 1955 di usia 12 tahun. Teman-temannya menyelesaikan origami bangaunya dan menguburnya bersama dengan jasad dari Sadako.
Teman-teman Sadako-pun menerbitkan koleksi surat surat untuk penggalangan dana demi didirikannya sebuah monumen di Hiroshima untuk mengenang Sadako dan seluruh anak yang menjadi korban bom di Hiroshima.

Pada 1985, didirikanlah sebuah patung Sadako yang membawa burung emas yang dipajang di Genbaku Dome (Taman Monumen Perdamaian Hiroshima). Di bagian bawah patung tersebut terdapat plat yang bertuliskan


これはぼくらの叫びです これは私たちの祈りです 世界に平和をきずくための
(Kore wa bokura no sakebi desu. Kore wa watashitachi no inori desu. Sekai ni heiwa o kizuku tame no.)
"Ini adalah seruan kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia."


Patung Sadako juga ada di Seattle Peace dan dijadikan simbol dampak perang nuklir dan Sadako dikenal sebagai pahlawan para wanita di Jepang. Kisahnya-pun diceritakan kembali di sekolah-sekolah Jepang sebagai memperingati hari pengeboman Hiroshima. Sebagai dedikasi untuk Sadako, penduduk Jepang menetapkan tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian Nasional atau National Peace Day. Bahkan, kisah Sadako juga terkenal di luar Jepang karena ditulis menjadi sebuah novel berjudul Sadako and the Thousand Paper Cranes yang pertama kali diterbitkan tahun 1997 oleh Ellanor Coerr.


Sekian artikel kali ini, jika ada kurang atau lebihnya saya meminta maaf. Sampai jumpa pada artikel berikutnya~

-Admin Arashi

Sumber : MHF

Post a Comment

0 Comments